INI BUKAN SOAL TELOLET, TAPI INI SOAL MENULIS
Oleh : Endik Koeswoyo
Siapa yang tidak tau Om Telolet Om? Pertanyaan
sederhana yang sudah pasti kita ketahui jawabannya. Telolet sudah menjadi viral
di Indonesia dan dunia, mewabah kemana-mana bak sebuah virus. Ya begitulah
saudaraku semuanya, bahagia itu memang sederhana, cukup teriak “Om Telolet Om”
ketika bus lewat, lalu berbunyilah klakson bus, kemudian jingkrak-jingkak
girang. Sangat-sangat sederhana bukan untuk bahagia itu? Tapi hati-hati jangan
sampai mengganggu lalu lintas apalagi membahayakan diri sendiri bahkan orang
lain. Demam telolet boleh, ikutan telolet juga boleh, tapi sekali lagi jangan
sampai menggangu kelancaran lalu lintas apalagi sampai nekat menghadang bus
beramai-ramai.
Tapi tulisan ini bukan akan membahas soal
telolet, tetapi tulisan ini lebih kepada bagaimana menulis dan menulis. Mencari
ide menulis memang katanya susah, sudah susah-susah menulis enggak tau mau
diapakan. Dan sebenarnya hambatan calon penulis ketika tidak bisa menyelesaikan
tulisannya itu karena mereka tidak tau, setelah selesai mau diapakan tulisan
ini? Setelah selesai mau dijadikan apa tulisan ini? Setelah kata ‘SEKIAN’ atau ‘SELESAI’
menjadi akhir sebuah naskah siapa yang akan menerbitkan? Masalah itulah yang
menjadi problem para calon penulis dan para penulis. Termasuk saya kadang kala
juga begitu.
Akan tetapi saudara-saudara semua! Tenang saja,
menulis atau belajar menulis itu seperti belajar menabung, apa yang kita tulis
hari ini belum tentu menjadi sesuatu, belum tentu langsung menghasilakan hari
ini juga. Menjadi penulis itu harus sabar, seperti sabarnya kita ketika
menunggu bus lewat dan meminta telolet itu. Kadang sudah lama nunggu bus pas
lewat Pak Sopir nggak mau bunyiin teloletnya, kesel juga sih rasanya, tapi
kalau lama nunggu tetapi akhirnya bus yang lewat berbunyi telolet kita pasti
girang bukan kepalang. Begitulah menulis, harus sabar dan nanti pasti akan ada hasilnya,
nanti suatu kelak pada masanya yang kita tidak tau entah kapan, bisa jadi besok
atau lusa.
Tidak jarang penulis menawarkan naskah ke sana kemari
berhari-hari, berminggu-minggu bertahun-tahun tidak mendapatkan hasil, tetapi
nantinya pasti akan mendapatkan hasilnya. Bahkan, dalam sebulan terakhir saya
menulis hampir 15 sinopsis untuk film layar lebar, ketika menulis saya yakin
dari tulisan-tulisan saya yang cukup banyak itu, pasti akan ada yang cocok,
pasti akan ada produser yang mau. Dan hasilnya, dalam 2 bulan ini saya menulis
belasan sinopsis, setiap pagi setelah subuh saya selalu menulis sinopsis, saya
kirim ke produser atau sutradara, say amenulis saya kirim ke sutradara atau
produser yang saya kenal, begitulah terus menerus tanpa lelah, dan hasilnya? Seperti
menunggu bus sambil teriak telolet, saya mengirim sinopsis sambil teriak dalam
hati “Om terima Om, terima sinopsis saya!” Dan alhasil dua dari sekian belas
sinopsis saya diterima. Girang? Jungkir balik? Ngakak guling-guling? Atau jinkrak-jingkak?
Ah silahkah saja anda membayangkan sendiri, bagaimana rasanya saat nunggu bus
telelolet dan anda mendapatkan suara itu, bahagianya bukan kepalang.
So? Jadi? Terus? Lalu? Semua kembali kepada
kita, siapa yang banyak menulis dialah yang memilik banyak tabungan. Siapa yang
banyak menulis dialah yang akan dikenang sepanjang jaman. Siapa yang banyak
menulis dialah yang paling berpeluang mendapatkan apa yang dia inginkan.
Menulis itu sederhana, bahagai itu juga sederhana, yang sulit adalah konsisten
dan tidak mudah menyerah. Dan pagi ini, 24 Desember 2016 artikel berjudul “Ini bukan
soal telolet, tapi ini soal menulis” adalah artikel kedua yang saya tulis dalam
misi gerakan menulis satu hari satu
artikel. Gerakan ini saya harapkan akan menjadi pemacu teman, sahabat dan
saudara saya yang ingin menjadi penulis. Tema apa saja bisa dijadikan ide dasar
untuk menulis, tinggal mau apa tidak? Terakhir, sebuah parikan untuk anda, “Naik
bus Puspa Indah dari Malang ke Jombang, yang lain sudah bisa menulis Indah situ
bisa ngapain Bang?” ---- “Numpak bis Puspa Indah katene nang Jombang, duduk
manis karo gebetan! Katene nulis ojok kakean alasan, duduk manis terus lakukan!”
***
TENTANG PENULIS
Endik Koeswoyo, penulis novel, buku dan skenario, lahir di Jombang, saat ini tinggal di Jakarta. Twitter : @endikkoeswoyo Instagram : @endikkoeswoyo Facebook : Endik Koeswoyo
1 komentar:
assalamu'alaikum kak. saya baru mau belajar menulis, dan saya bingung di bagian memulai cerita. kak tulisan novel itu bagusnya dari sudut pandang satu orang atau boleh dua orang dalam cerita?
Posting Komentar